Viral! Murid SD di Makassar Dihukum Menulis 1000 Kali: Ini Klarifikasi Sekolah
Kompas Palu – Dipublikasikan:

Ilustrasi: Murid SD mendapat hukuman dari guru. (Sumber: Kompas palu)
Kompas Palu – Dunia pendidikan di Makassar kembali menjadi sorotan. Sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan seorang murid SD dihukum menulis sebanyak 1000 kali oleh gurunya sebagai bentuk disiplin. Aksi tersebut menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Lantas, seperti apa fakta sebenarnya?
Apa yang Terjadi?
Dalam video berdurasi 1 menit 12 detik itu, terlihat seorang murid duduk di bangku kelas sambil menulis berkali-kali kalimat "Saya tidak akan mengganggu saat guru mengajar." Video tersebut dibagikan oleh akun TikTok dengan caption "Kasihan adik ini dihukum gurunya sampai 1000 kali menulis di buku tulis." Lokasi disebutkan terjadi di sebuah SD negeri di Makassar.
Reaksi Netizen & Media Sosial
Tagar #GuruMakassar dan #Hukuman1000Kali langsung trending di berbagai platform. Banyak netizen yang mengecam tindakan guru tersebut sebagai bentuk kekerasan psikis terhadap anak. Namun ada juga yang membela, menyebut hukuman menulis masih wajar jika tujuannya mendidik.
"Gurunya harusnya pakai pendekatan yang lebih mendidik, bukan menyuruh menulis sebanyak itu!" – Komentar netizen
Klarifikasi dari Pihak Sekolah
Kepala Sekolah SDN **(disamarkan)** akhirnya buka suara. Dalam konferensi pers singkat, ia menyatakan bahwa tindakan guru tersebut memang benar adanya, namun telah ditindaklanjuti.
“Kami telah memanggil guru yang bersangkutan dan memberikan pembinaan. Hukuman menulis tidak akan lagi digunakan sebagai bentuk disiplin,” ungkap Kepala Sekolah dalam keterangannya kepada Kompas Palu.
Pandangan Pakar Pendidikan
Dosen Psikologi Pendidikan dari Universitas Negeri Makassar, Dr. Lina Masri, menanggapi bahwa hukuman seperti menulis berulang bisa berdampak negatif terhadap psikologis anak.
“Tindakan itu bisa membuat anak merasa dihukum secara emosional. Ada banyak metode disiplin positif lain yang bisa diterapkan tanpa membuat anak trauma,” jelasnya.
Tanggapan Dinas Pendidikan Makassar
Dinas Pendidikan Kota Makassar juga turut memberikan tanggapan resmi. Mereka menegaskan bahwa praktik hukuman fisik atau psikis dalam bentuk apapun tidak dianjurkan di lingkungan sekolah.
“Kami akan memperketat pengawasan dan memberikan pelatihan ulang bagi guru-guru mengenai pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan konstruktif,” ujar Kabid SD Disdik Makassar, Bapak Nur Salam.
Apakah Hukuman Seperti Ini Masih Relevan?
Hukuman menulis atau hukuman fisik lainnya memang sudah sering digunakan sejak dahulu. Namun di era sekarang, pendekatan edukatif dan psikologis lebih dianjurkan, demi membentuk karakter positif anak tanpa trauma.
Pemerhati pendidikan dan orang tua siswa mulai menyuarakan pentingnya pembinaan karakter dengan metode yang suportif, bukan hukuman keras. Salah satu orang tua menyampaikan:
"Kalau anak terus dihukum seperti ini, bagaimana mereka mau cinta belajar? Yang ada malah trauma masuk kelas."
Kesimpulan & Harapan Orang Tua
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pembaruan dalam metode pengajaran dan disiplin di sekolah. Publik berharap agar dunia pendidikan terus berkembang menuju pendekatan yang lebih positif, suportif, dan sesuai dengan psikologi anak.
Kompas Palu akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan memberikan update jika ada tindakan lebih lanjut dari pihak sekolah maupun pemerintah daerah.
Baca juga:
No comments
Post a Comment
Apa pendapat kalian?🤔