Penulis: Akbar | Penyusun: Nara – Kompas Palu Tanggal Publikasi: 7 Juni 2025 | Pukul: 06:41WITA

Robot dan AI kini menggantikan manusia di sawah, pabrik, dan kantor. Apakah 300 juta pekerjaan akan hilang? Atau justru membuka peluang kerja baru unt
Ilustrasi: Drone pertanian menyemprot sawah secara otomatis di wilayah pedesaan Cina. (Sumber: Kompas Palu)

Kompas Palu – Cina Transformasi Pertanian: Dari Sawah ke Superkomputer

Palu, 7 Juni 2025 – Di tengah hamparan sawah hijau di pedesaan Cina, drone berteknologi satelit Beidou menyemprot pupuk dengan presisi milimeter. 

Traktor otonom menggemburkan tanah, terhubung jaringan 5G, sementara hasil panen otomatis masuk ke gudang pintar yang dikendalikan kecerdasan buatan (AI).

Ini bukan adegan fiksi ilmiah. Ini kenyataan pertanian modern di Cina hari ini.

Sejak 2021, pemerintah Beijing telah menggelontorkan dana besar-besaran untuk mentransformasi sektor pertanian tradisional menjadi pertanian cerdas (smart farming)

Hasilnya, lebih dari 66,7 juta hektare lahan telah diubah menjadi lahan pertanian berstandar tinggi—setara dengan luas gabungan Inggris dan Skotlandia.

Sensor IoT & Data Tanah Real-Time

Setiap jengkal tanah kini diawasi sensor Internet of Things (IoT) yang memantau kelembapan, pH tanah, bahkan aktivitas serangga secara real-time. Hasilnya luar biasa: produksi gabah naik 20%, dan Cina mencatat panen 650 juta ton gandum selama sembilan tahun berturut-turut—angka yang membuat iri banyak negara agraris.

Keberhasilan ini sangat bergantung pada jaringan 5G pedesaan, yang kini menjangkau lebih dari 80% desa di Cina. 

Di Shandong, petani bisa mengendalikan traktor otomatis lewat ponsel pintar, sementara AI menganalisis data cuaca untuk menentukan waktu tanam paling optimal.

200.000 Drone, 75.000 Gudang Pendingin

Cina saat ini mengoperasikan lebih dari 200.000 drone pertanian yang menyemprot pestisida dengan efisiensi 50% lebih baik dibanding metode manual. 

Hasil panen kemudian disimpan di 75.000 gudang pendingin pintar, menjaga kesegaran sayur dan buah hingga ke meja makan konsumen dalam waktu singkat.

Bayangkan, sayuran dari desa Cuan bisa tiba di restoran Beijing hanya dalam 6 jam, berkat rantai pasok 5G yang terintegrasi. Suhu dan kelembapan dijaga oleh sistem AI sepanjang perjalanan.

Ekspor Teknologi ke Asia Tenggara & Afrika

Cina kini mulai mengekspor model Pertanian 4.0 ke Asia Tenggara dan Afrika. Kelak, bisa jadi petani Indonesia mengoperasikan drone produksi Shenzhen, atau Vietnam mengimpor traktor listrik otonom buatan BYD.

Namun, muncul pertanyaan: apakah ini menggeser petani tradisional? Di Cina, 73% proses tanam dan panen telah dimodernisasi, namun pemerintah menjanjikan munculnya lapangan kerja baru: operator drone, ahli data pertanian, hingga insinyur AI. 

Seperti halnya ketika traktor menggantikan cangkul, namun lahirlah profesi mekanik dan sopir.

Pahlawan Baru: Akademi Ilmu Pertanian Cina

Di balik layar kemajuan ini, berdiri Akademi Ilmu Pertanian Cina, sebuah lembaga riset dengan 11.000 ilmuwan.

 Mereka dijuluki “Avengers”-nya pertanian. Misi mereka bukan hanya memberi makan 1,4 miliar penduduk Cina, tapi juga menyelamatkan negara-negara berkembang dari krisis pangan.

Beberapa inovasi andalan mereka:

Padi super cepat panen, matang dalam 90 hari, hasil 20% lebih banyak.

  • Vaksin flu burung bivalen, mengurangi infeksi 93,3%.

  • Bibit tahan garam Green Super Rice, hasil kolaborasi dengan Bill Gates Foundation.

  • App Nutrient Expert, yang bantu petani menentukan pupuk terbaik berdasarkan lokasi dan jenis tanaman.

  • Proyek Genom to Venom, semacam “Google” genetik untuk benih tahan iklim ekstrem.

  • Pertanian Kota dan Blockchain untuk Keamanan Pangan

Di kota-kota besar seperti Shanghai, pertanian vertikal tumbuh di gedung-gedung pencakar langit. 

Dengan teknologi closed loop, LED, dan AI, satu menara bisa menghasilkan 2 ton sayuran segar per hari, dengan konsumsi air 95% lebih hemat.

Teknologi blockchain juga diintegrasikan: setiap karung beras bisa dilacak asal-usulnya melalui QR code—dari petak sawah, jenis pupuk, hingga operator drone yang menyemprot. 

Program “from soil to shelf” ini telah mengurangi penipuan label organik hingga 67%.

VR & Metaverse untuk Pelatihan Petani

Tak hanya teknologi pertanian, Cina juga melatih generasi petani tua lewat simulasi VR dan platform metaverse.

 Menggunakan kacamata virtual, petani bisa belajar mengoperasikan drone, menganalisis data tanah, hingga simulasi pemupukan. 

1,2 juta petani telah dilatih, dengan peningkatan produktivitas hingga 18%.

Di Provinsi Zhejiang bahkan digelar kompetisi esports pertanian, siapa tercepat memetik hama virtual via simulator AI.

Solusi Iklim: Dari Agrivoltaik Hingga Traktor Hidrogen

Di Mongolia Dalam, 2000 hektare ladang gandum ditenagai panel surya terapung, mengurangi penguapan air irigasi hingga 40%. Traktor hidrogen buatan Sinomach hanya mengeluarkan uap air sebagai emisi. Pada 2025, Cina menargetkan 10% lahan pertanian menjadi karbon-negatif.

Soft Power Benih: Siapa Kuasai Genetik, Kuasai Dunia

Kini, 78% paten benih tahan kekeringan dikuasai Cina. Mereka memiliki bank benih canggih di Chinghai dengan 1,5 juta spesimen, dilindungi sistem keamanan kuantum. 

Akuisisi perusahaan benih global—termasuk 45% saham Syngenta—menunjukkan Cina serius membangun dominasi.

Langkah ini mendorong negara lain bersikap:

  • India meluncurkan proyek satelit pertanian IRNSS senilai $1,3 miliar.

  • Uni Eropa memperketat regulasi data pertanian.


Penyempulan Artikel:

Cina bukan hanya membajak sawah, tapi juga membajak masa depan. 

Dari petani berbekal cangkul menjadi pengendali drone pintar.

Di saat negara lain masih memperdebatkan subsidi pupuk, Cina telah melangkah ke era di mana beras diproduksi dengan algoritma, dan pertanian menjadi industri berteknologi tinggi.

Dsclaimer:
Artikel ini disusun untuk tujuan informatif dan edukatif berdasarkan sumber-sumber terbuka dan kredibel. 

Kompas Palu tidak memiliki afiliasi langsung dengan pemerintah atau institusi riset yang disebutkan dalam artikel ini.

Beberapa data dan teknologi yang dibahas dapat mengalami perubahan seiring waktu. 
Pembaca disarankan untuk melakukan verifikasi tambahan sebelum mengambil keputusan berdasarkan informasi dalam artikel ini.